Home | Scholarly Writing | Popular Writing | Humor | Link | Profile  

 

Thursday, October 13, 2016

KEDUA KUBU MELAKUKAN POLITISASI AGAMA?

oleh: Asfa Widiyanto

Pilkada DKI menyedot perhatian banyak masyarakat Indonesia, terutama terkait pernyataan Ahok tentang Al-Maidah 51. Ada baiknya kita pikirkan ulang, siapa yang melakukan politisasi? Satu kubu, atau jangan-jangan malah dua-duanya?
KUBU PERTAMA:
Mereka berargumen bahwa pernyataan Ahok „dibohongi pake al-Maidah 51“ , adalah absah. Pertama, karena adanya kelompok yang menggunakan al-Maidah 51 utk menyerang Ahok. Kedua, penafsiran ayat tsb bukan untuk konteks pemimpin. Ketiga, dalam sejarah umat Islam, ada non-Muslim yang dijadikan pemimpin.
Kita mungkin bisa bertanya: bagaimana dengan penafsiran yang menekankan penolakan pemimpin non-Muslim? Apakah penafsiran itu sama sekali cacat? Apakah itu sebuah kebohongan/ pembohongan?
KUBU KEDUA:
Mereka berargumen bahwa Ahok sudah menistakan Al-Qur’an, dengan pernyataan “ „dibohongi pake al-Maidah 51“. Sebagian mereka berpendapat, “Kalau dalam Islam, Ahok sudah bisa dihukum mati”.
Kita bisa bertanya: Pernyataan Ahok itu arahnya ke penistaan al-Qur’an, atau menyindir lawannya yang menyerang Ahok dengan al-Maidah 51? Apakah hanya itu satu-satunya tafsir yang absah? Apakah semudah itu membunuh orang lain? Indonesia itu negara Pancasila atau negara Islam?
REFLEKSI:
Perdebatan tersebut BANYAK didasari oleh kepentingan para POLITISI yang ingin mendongkrak calonnya masing-masing. Justifikasi dari al-Qur’an, tafsir, dan sejarah Islam pun mereka lakukan.
Yang perlu mereka pikirkan adalah dampaknya bagi bangsa dan umat Islam, bukan hanya dampaknya pada kemenangan calon yang diusung. Apakah „justifikasi“ semacam itu membawa maslahat atau madarat bagi umat dan bangsa.
Salam hangat/herzliche Grüße, ASFA WIDIYANTO

 

 

<< Home

0 Comments:

Post a Comment

 

    
Powered by: Blogspot.com, Copyright: Asfa Widiyanto, 2010. Recommended browser: Mozilla Firefox / Internet Explorer