Home | Scholarly Writing | Popular Writing | Humor | Link | Profile  

 

Friday, October 10, 2014

Bacaan Instant Nan "Gurih", "Legit" dan "Renyah" Itu…

Oleh: Asfa Widiyanto

Seorang tukang pijat "berfatwa"(yang perlu diklarifikasi kebenarannya, maklum dia asal ngomong, "asal njeplak"): "Dalam beberapa hal, bacaan instant tidak beda dengan mie instant. Memberi efek kenyang (dan relatif mudah didapatkan dan “dikunyah” (antara lain tidak perlu sampai "mengernyitkan dahi")) namun jika terlalu sering dikonsumsi akan berakibat kurang baik buat kesehatan." Pernyataan itu spontan meluncur dari mulutnya ketika dia membaca tulisan di detik berjudul "Wikipedia bikin pelajar tidak siap masuk universitas" (tulisan detik itu nanti bisa dilihat di sini).

Dari ungkapan "asal njeplak" tukang pijat tersebut, tetangganya (mantan dukun santet bin copet bin tukang palak yang sudah tobat dan sekarang memulai jalan baru dengan jual beli besi tua, dan tahun depan berencana untuk melamar jadi guru, untuk mewujudkan niat sucinya untuk turut mencerdaskan kehidupan bangsa dan menular-nularkan ilmunya, tentunya tidak termasuk ilmu santet, copet dan palak, dan lima tahun lagi berencana mendaftarkan diri sebagai caleg untuk memperbaiki nasib bangsa, tentunya tidak dengan mencopet, menyantet dan memalak ketika menjabat sebagai anggota legislatif) berusaha meraba-raba (dengan intuisi yang nyaris menyamai tukang pijat tadi) relevansi bacaan instant tadi.

Mantan dukun santet bin copet bin tukang palak itu berujar bahwa bacaan instant dalam beberapa hal "memanjakan" dan "meninabobokkan". Ini dia katakan, "dalam beberapa hal" karena menyadari bahwa premis ini bisa jadi tidak sepenuhnya benar, dan ada sisi lain dari bacaan instant yang tidak terbidik oleh premis ini. Mantan dukun santet dan copet ini pun melanjutkan analisisnya, "Bacaan instant itu, dalam beberapa kasus, mengesankan realitas seakan tanpa riak dan gelombang. Walau sebenarnya, dalam taraf tertentu, riak itu kadang diperlukan untuk capai keseimbangan (equilibrium) baru yang, dari satu sisi, relatif lebih baik, terutama bagi yang siap."

"Bacaan ini seakan memberikan "garis pembatas" pada perenang agar tidak masuk ke bagian yang lebih dalam. Pembatasan ini berguna sekali untuk keselamatan perenang. Tapi ada baiknya perenang ini, diberi tahu, bahwa ada sisi lain dari samudera nan luas (baik spot yang agak di tengah atau sisi pantai lain), yang belum terjamah oleh perenang tadi, yang bisa jadi tampilan dan substansinya berbeda dengan spot yang "diublek-ublek" perenang tadi. Dari itu, perenang tersebut diharapkan memiliki toleransi dan wawasan yang relatif luas, walau secara praktis dia belum pernah berenang melewati "garis pembatas" tadi."

"Menyajikan sejarah, baik sejarah secara umum atawa suatu kelompok sosial tertentu, secara (dari satu sisi bisa dikatakan) relatif utopis dan tanpa cacat, dari satu sisi bagus untuk pembentukan karakter tertentu. Namun ini ada sisi negatifnya juga, jika ini cuma dipercaya sebagai satu-satunya model dan genre sejarah yang sahih, maka pembaca yang terbiasa dengan model bacaan ini, akan cenderung reaktif (misalnya dengan terburu-buru mengucapkan "tidak benar itu", "salah itu, "sesat itu" dan ungkapan senada lainnya) terhadap pembaca lain yang menampilkan warna bacaan yang berbeda."

Di akhir tulisan ini penulis mengajak pembaca dan penulis sendiri untuk merenungi statemen seorang tukang becak (yang bisa jadi ada benarnya, tapi bisa juga ada salahnya, namanya juga manusia):
“Menyadari keterbatasan dan titik batas kita itu bukanlah kelemahan, malah justru titik kekuatan, untuk bergerak secara lebih dinamis. Adalah makhluk yang arif jika menyadari "keterbatasan" itu, seraya mengoptimalkan apa yang dianugerahkan Tuhan, untuk memahami realitas secara relatif lebih luas."

Blog ini juga masuk kategori bacaan instant tadi. So hati-hati aja, hehe--)) (jangan sampai anggap yang disampaikan di blog ini paling benar). Selamat merenung! Karena kata tukang sayur, "merenung itu bagus (daripada mikirin togel dan ramalan mama laurent) demi masa depan yang lebih bermakna".

 

 

<< Home

0 Comments:

Post a Comment

 

    
Powered by: Blogspot.com, Copyright: Asfa Widiyanto, 2010. Recommended browser: Mozilla Firefox / Internet Explorer