oleh: Asfa Widiyanto
Di dalam kehidupan kita, acapkali kita dihadapkan pada pilihan antara kewarasan dan ketidakwarasan. Contoh kecil, adalah diserobotnya jalur sepeda ontel oleh pengendara motor.Berhadapan dengan pengendara motor yang keras kepala, seringkali pengonthel, yang seharusnya lebih berhak, harus menunjukkan kewarasannya, harus ngalah. Di sisi lain, pengendara motor di belakang mengikuti ketidakwarasan yang dicontohkan pengendara motor yang sebelumnya, dan menganggapnya sebagai kewajaran.
Di dalam kehidupan kita, acapkali kita dihadapkan pada pilihan antara kewarasan dan ketidakwarasan. Contoh kecil, adalah diserobotnya jalur sepeda ontel oleh pengendara motor.Berhadapan dengan pengendara motor yang keras kepala, seringkali pengonthel, yang seharusnya lebih berhak, harus menunjukkan kewarasannya, harus ngalah. Di sisi lain, pengendara motor di belakang mengikuti ketidakwarasan yang dicontohkan pengendara motor yang sebelumnya, dan menganggapnya sebagai kewajaran.
Contoh lain adalah dalam kehidupan beragama dan berpolitik. Kelompok
pertama menganggap bahwa menggunakan agama sebagai alat politik, itu
syah-syah saja. Perkara umat nantinya terpecah belah, bahkan perang
saudara, itu bukan urusan mereka. Yang penting mereka bisa mendapatkan
kursi kekuasaan. Bagi mereka, hal itu adalah kewajaran. Sedangkan
kelompok yang kedua, berpendapat bahwa agama adalah nilai luhur yang
menjadi landasan etika berpolitik. Agama tidak selayaknya kita paksa
melayani syahwat kekuasaan kita. Fitnah dan pembunuhan karakter tidak
selayaknya kita halalkan demi mengalahkan pesaing kita, sekalipun
pesaing kita dari agama yang berbeda. Kemaslahatan umat dan bangsa harus
kita utamakan dibanding kemenangan kelompok kita.
Dari dua ilustrasi ini, bisa direnungkan, manakah yang layak disebut kewarasan? Haruskah ketidakwarasan di sekeliling kita diikuti begitu saja, secara membabi buta?
Herzliche Grüße/ salam hangat, asfa widiyanto
Dari dua ilustrasi ini, bisa direnungkan, manakah yang layak disebut kewarasan? Haruskah ketidakwarasan di sekeliling kita diikuti begitu saja, secara membabi buta?
Herzliche Grüße/ salam hangat, asfa widiyanto
0 Comments:
Post a Comment