Home | Scholarly Writing | Popular Writing | Humor | Link | Profile  

 

Thursday, March 2, 2017

ILMUWAN, AGAMAWAN, POLITISI DAN BUSINESSMAN

by Asfa Widiyanto

 Ilmuwan-intelektual selayaknya menjunjung tinggi etika ilmiah, semacam honesty and truth (kejujuran dan kebenaran), dan disinterestedness (nir-pamrih, tidak memihak). Kalaupun harus memihak, mereka biasanya memihak pada kemaslahatan umum.
Ilmuwan-intelektual idealnya tidak bersikap pragmatis dan apatis. Mereka jarang sekali berprinsip "ana obah ana upah" (setiap gerak/aktivitas harus ada imbalan ekonomisnya). Apalagi berprinsip "yang penting keluarga saya hidup berkecukupan. Perkara bangsa ini mau hancur, itu bukan urusan saya. EGP".

Agamawan selayaknya menjunjung tinggi etika agama. Perbuatan mereka selayaknya dilandasi keikhlasan, karena mereka adalah "pelayan umat" (khadim al-ummah). Oleh karena itu mereka harus memperhatikan kemaslahatan umat. Agamawan sejati jarang sekali berpikir pragmatis. Mereka tidak akan pernah berprinsip, "yang penting keluarga saya berkecukupan, yang penting politisi/ businessman yang saya bela menang. Perkara umat ini terpecah belah itu bukan urusan saya. EGP" (lagi-lagi EGP hehe).

Kedua kelompok tadi (ilmuwan-intelektual dan agamawan) idealnya menjadi pengontrol dan penyeimbang dari politisi dan pelaku bisnis (businessman). Hanya saja, kadang (atau bahkan sering) ilmuwan-intelektual dan agamawan tadi "dikooptasi" (untuk tidak mengatakan "dikangkangi") oleh kepentingan politisi dan businessman. Sehingga mereka akhirnya agak bergeser dari nilai-nilai luhur yang seharusnya mereka pegang teguh.

 

 

<< Home

0 Comments:

Post a Comment

 

    
Powered by: Blogspot.com, Copyright: Asfa Widiyanto, 2010. Recommended browser: Mozilla Firefox / Internet Explorer