oleh: Asfa Widiyanto
Kata
fitrah adalah kata benda (masdar) dari kata kerja fatara. Kata ini berarti khalaqa,
menciptakan. Disebutkan sebagian ulama; Ana fatartuha, artinya ana bada’tuha min
ghayr mithlin (Aku menciptakannya tanpa ada model sebelumnya, tanpa contoh). Dari
itu, kata fitrah identik dg kata khaliqah. perangai dasar manusia, pada
saat diciptakan, yakni condong pada kebenaran dan kebaikan (al-mayl ila al-haqq wa al-khayr).
Fitrah adalah sesuatu yang
sesuai dengan asal kejadian alam dan manusia, ketika mula pertama diciptakan
Allah. Fitrah adalah kesucian yang bersemayam di dalam diri kita sejak kita
diciptakan, saat ibu mengandung, sebagaimana firman Allah swt:
Fa-aqim wajhaka li-ddini
hanifan fitrata-llaha-llati fataran-nasa ‘alayha, la tabdila li-khalqillah,
dhalika-ddin-ul-qayyimu wa lakinna akthara-nnasi la ya’lamun.
Artinya:
Maka hadapkanlah wajahmu
dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. Al-Rum/30:30)”.
Dengan demikian, manusia
adalah makhluk yang terikat dengan “perjanjian asalnya/primodialnya” sebagai
makhluk yang sadar kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan sebagaimana firman Allah
swt:
Wa-idh akhadha rabbuka min
bani Adama min zuhurihim dhuriyyatahum wa-ashhadahum ‘ala anfusihim alastu
birabbikum qalu bala shahidna, an taqulu yawmal-qiyamati inna kunna ‘an hadha
ghafilin
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika
Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku
Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS. Al-‘A’raf/7:172).
Agama Islam sebagai agama
yang sesuai dengan fitrah, karena memperhatikan kebutuhan fisik, sosial dan
spiritual manusia secara seimbang. Agama
Islam adalah kesinambungan dari ajaran monoteism yang dibawa Nabi Ibrahim
alayhi al-salam. Ajaran inilah yang diungkapkan, dilukiskan al-Qur’an sebagai din
al-qayyimah. Yang oleh sementara mufassir diartikan sebagai din al-millah al-qayyimah (agama dari
kelompok yang lurus).
Untuk lebih jelasnya, sekarang kita lihat, apa sebenarnya
arti kata Islam:
-salam (damai)
-salamah (keselamatan)
-silm (udkhulu fi al-silm kaffah) (penyerahan diri secara total pada Allah).
al-khudhu` wa
al-inqiyadh li al-khaliq, li al-mahbub
Islam sebagai bentuk kepasrahan total ini telah
dicontohkan oleh Nabi Ibrahim as. Beliau telah menunjukkan kpasrahan tulus,
sampai beliau ikhlas, pasrah ketika diperintahkan Allah untuk menyembelih
ismail, anak yang sangat dikasihinya.
Karena itu disebutkan dalam al-Qur’an:
Ma kana ibrahimu yahudiyan wa la nasraniyan walakin kana
hanifan musliman wa ma kana min al-mushrikin.
Juga disebutkan dalam ali Imran 95: fattabi’u millata
ibrahima hanifan wa ma kana min al-mushrikin.
Hanifan, jelas ditandaskan dalam al-Qur´an untuk
menunjukkan kelurusan ajaran yang dibawa oleh Nabi Ibrahim as. Dalam kerangka
itu, kemudian sementara ulama menganjurkan bahwa, kita seyogyanya menjunjung
dan mengembangkan pola keberagamaan yang hanifiyah samhah, yang lurus dan
lapang.
Setelah
melihat makna fitrah, Islam sebagai agama yang sesuai dengan fitrah, dan sifat
yang rahim (penuh rahmat, nebarkan rahmat) sebagai salah satu indikasi fitrah.
Akhir-akhir ini kita tersentak dan prihatin dg aksi terorisme yg sering kita
dengar di berbagai belahan dunia, termasuk negeri kita cinta tercinta. Memang
fundamentalisme itu bukan hanya ada di agama Islam, juga ada di agama lain,
namun dengan adanya peristiwa-peristiwa itu kita seharusnya berkaca, otokritik,
sehingga wajah Islam yang sebenarnya ramah itu tidak tercoreng dengan adanya
aksi-aksi yang kurang manusiawi. Islam yang rahmatan li al-´alamin harus kita
tunjukkan, tekankan kembali pada dunia.